Minggu, 23 September 2012
LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS
A. Pengertian
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu,
biasanya berhubungand engan batu empedu yang tersangkut pada duktus
kistik, menyebabkan distensi kandung empedu. (Doenges, Marilynn, E.,
1999)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya
terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk
cairan empedu. Batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang
sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C. 2001)
B. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau
campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu
empedu dapat terjdi pada duktus koledukus, duktus hepatika, dan
duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung
empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di
atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn,
E. 1999)
C. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan
batu yang tersusun dari kolesterol.
1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak
terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan)
sehingga terjadi batu-batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus
dikeluarkan dengan jalan operasi.
2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat
tidak larut dalam air, kelarutannya tergantung pada asam empedu dan
lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pasien penderita batu empedu akan
terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis
kolesterol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah
empedu yang jenuh oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah
empedu, mengendap dan membentuk batu dan menjadi iritan yang
menyebabkan peradangan dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C.,
2000)
D. Manifestasi
Klinis
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : gelisah
2. Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat
3. Eliminasi
Gejala : perubahan warnaa urin dan feses
Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urin
gelap, pekat, feses warna tanah liat, steaforea.
4. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual atau muntah, regurgitasi berulang, nyeri
epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dispepsia
Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau
bahu kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadaran kanan atas
ditekan
6. Pernafasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas pendek, dangkal
7. Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal, perdarahan
(kekurangan vitamin K)
(Doenges, Marilynn E, 1999)
E. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan sinar X-Abdomen
- Ultrasonografi (USG)
- Pemeriksaan pencitraan radionukleida atau koleskintografi
- Kolesistogragi
- Kolanlopankreatogragi retrogad endoskopik CERCP : Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography) : pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens.
- Kolangiografi transhepatik perkutan : penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam percabangan bilier.
(Smeltzer, Suzanne, C. 2001)
- Darah lengkap : lekositosis sedang
- Bilirubin dan amilase serum meningkat
- Enzim hati serum –AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH meningkat
- Kadar protrombin : menurun
- CT-scan
(Doenges, Marlynn, E, 1999)
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan
istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan
antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah tinggi protein dan
karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial,
chenofalk). Fungsinya untuk menghambat sintesis
kolesterol dalam hati dan sekresinya dan tidak desaturasi getah
empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan
bahan pelarut (monooktanoin atau metil tertier butil eter (MTBE) ke
dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat
jaring untuk memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam
duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut
berulang yang diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya
dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria
mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung
empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi
selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil
melalui dinding abdomen pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian
batu empedu.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)
G. Pathway dan Masalah Keperawatan
-
Ekskresi kolesterol bilirubinKristalisasi kolesterol bilirubinTerbentuk batuMenyumbat choleduktusistikusAliran asam empeduKontriksi kantong empeduDistensi kandung empeduSensitivitas syaraf nyeriNyeri
Akumulasi asamLMualambungIritasi mukosa lambungMerangsang pusat muntahMuntah
Pergerakan batuIritasi mukosa empeduAktivitas syaraf nyer organ viseral dan aktivitas simpatisMotilitas lambung menurunPengosongan lambung lambat
Perut terasa penuhNafsu makan menurunNutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
E. coliMasak dalam empeduBilirubin glukoronis diubah jadi bilirubin bebasAliran bilirubin terkonjugasiPenumpukan bilirubinMasuk aliran darahMenumpuk pada subkutisMerangsang produksi histaminGatalResiko kerusakan integritas kulit
H. Komplikasi
- Kolistitis obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koleduktus
- Peritonitus
- Ruptur dinding kandung kemih
(Arif Mansjoer, 2001)
I. Diagnosa Keperawatan Post Operasi
- Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan bedah abdomen.
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan insisi bedah abdomen.
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan drainase bilier sesudah dilakukan tindakan bedah.
- Gangguan nutrisi berhubungan dengan sekresi getah empedu yang tidak adekuat.
- Kurang pengetahuan tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulang dari rumah sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
(Smeltzer, Suzanne, C, 2001)
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan
dengan proses inflamasi, obstruksi (spasme duktus)
Intervensi :
a. Observsai dan catat beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri
Rasionalisasi : membedakan penyebab nyeri dan kemajuan atau
perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
b. Catat respon terhadap obat
Rasionalisasi : nyeri berat tidak hilang dengan
tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi.
c. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang
nyaman.
Rasionalisasi : posisi fowler rendah menurunkan
tekanan intra abdomen namun pasien akan melakukan posisi yang
menghilangkan nyeri secara alami.
d. Gunakan spresi halus atau katun
Rasionalisasi : menurunkan iritasi atau kulit kering dan sensasi
gatal.
e. Dorong menggunakan teknik relaksasi
Rasionalisasi : meningkatkan istirahat dapat
meningkatkan koping
f. Kontrol suhu lingkungan
Rasionalisasi : udara dingin dapat meminimalkan
ketidaknyamanan kulit.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi
dan hipermotilitas gaster.
Intervensi :
a. Pertahankan masukan dan haluaran akurat, kaji membran mukosa,
kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler.
Rasionalisasi : memberikan informasi tentang
status cairan atau volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
b. Awasi tanda atau gejala peningkatan atau berlanjutnya muntah atau
mual dan kram abdomen.
Rasionalisasi : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan
pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan defisit natrium, kalium
dan klorida.
c. Hindarkan dari lingkungan yang berbau
Rasionalisasi : menurunkan rangsangan pada pusat muntah.
d. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut, berikan minyak.
Rasionalisasi : menurunkan kekeringan membran
mukosa.
e. Kaji perdarahan yang tak biasanya
Rasionalisasi : protrombin darah menurun
dan waktu koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat,
meningkatkan resiko perdarahan.
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual atau muntah, dispepsia, nyeri
Intervensi :
a. Kaji distensi abdomen, sering berdahak, berhati-hati menolak
bergerak
Rasionalisasi : tanda non verbal ketidaknyamanan
berhubungan dengan gangguan pencernaan nyeri gas.
b. Hitung pemasukan nyeri
Rasionalisasi : mengindentifikasi kekurangan atau
kebutuhan nutrisi
c. Timbang sesuai indikasi
Rasionalisasi : mengawasi keefektifan rencana diet
d. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan
Rasionalisasi : untuk meningkatkan nafsu makan atau menurunkan mual
e. Ambulasi dini dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
Rasionalisasi : membantu dalam mengeluarkan
flatus, penurunan distensi abdomen
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi :
a. Kaji ulang proses penyakti atau prognosis
Rasionalisasi : memberikan dasar pengetahuan
dalam mengambil keputusan.
b. Berikan penjelasan atau alasan tes dan persiapannya
Rasionalisasi : informasi menurunkan cemas dan rangsangan simpati
c. Kaji ulang program obat:
Rasionalisasi : dosis
harus sesuai indikasi pasien
d. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan atau minuman tinggi
lemak
Rasionalisasi : mencegah terulangnya serangan kandung empedu
(Doenges, Marilynn, E, 1999)
ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 22
April 2008
Jam pengkajian : 15. 00 WIB
Tanggal masuk : 10 April 2008
No. RM : 891767
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. M
Tempat tanggal lahir : 08 April 1948
Umur : 60 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumodilagan,
Joyosuran 04/09 Ps. Kliwon
Surakarta
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. M
Umur : 46 th
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sumodilagan, Joyosuran 04/09 Ps. Kliwon
Surakarta
Hubungan dng pasien : Istri
2. Keluhan utama
Penurunan mengatakan nyeri pada perut kanan atas
3. Riwayat keperawawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pasien dengan keluhan perut nyeri pada kanan atas
sejak 5 tahun yang lalu, nyeri seperti ditusuk-tusuk menjalar sampai
ke pinggang, nyeri dirasakan hilang timbul kadang nyeri hilang
sendiri, kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter di USG dan di
diagnosis batu empedu pasien menolak untuk operasi dan minta pulang,
selama 5 tahun nyeri sering kumat-kumatan, tiap kumat pasien
memeriksakan diri ke dokter dan diberi obat pengurang nyeri, dalam 1
tahun terakhir kumat 2 kali, terakhir kumat 3 bulan yang lalu. ± 3
hari yang lalu sebelum masuk RS pasien mendadak panas, panas hilang
timbul di periksakan ke dokter pada 1 hari di RS di USG di diagnosis
batu empedu, diberi obat penurun panas dan pengurang nyeri, tetapi
sakit tidak berkurang lalu dibawa ke RSDM.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mondok di RS,
bila pasien sakit sering dibawa ke dokter dan setelah di diagnosis
batu empedu pasien menolak untuk operasi.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama seperti yang diderita oleh pasien,
keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit keturunan dan
menular.
4. Pola fungsional (Gordon)
a. Biologis
1) Pola oksigenasi
Pasien tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak
terpasang O2,
bernafas 20 x/menit, sebelum sakit pasien juga tidak ada gangguan
dalam bernafas.
2) Pola cairan dan elektrolit
Pasien mendapatkan cairan dari infus RL 20 tpm,
sehari sebanyak 2000 cc/hari, dari minum sebanyak ± 1000 cc per
hari.
Sebelum sakit : pasien sehari minum ± 1500 cc air putih, dan ± 200
cc teh hangat tiap pagi hari.
3) Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3 x sehari dengan porsi sedang dengan
nasi, lauk dan sayur.
Selama sakit : pasien makan 3 x sehari dengan ¼ porsi dari porsi
rumah sakit ± 75 cc, diit 1700 k.kalori, diit rendah lemak, pasien
mengatakan mual dan tidak nafsu makan
4) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAB 1 x sehari, kebiasaan
pada pagi hari dengan konsistensi lembek, warna kuning dan berbau
khas. BAK : ± 5-6 x/hari, dengan warna kuning jernih dan berbau
khas.
Selama sakit : pasien selama sakit BAB 3 kali, dengan konsistensi ±
1000 cc, lembek, warna seperti dempul dan berbau khas.
BAK : ± 4-5 x/hari, warna gelap seperti teh ± 1000-1500 cc
5) Pola keamanan dan kenyamanan
Sebelum sakit : pasien tidak ada masalah dengan keamanan, pasien
merasa tidak nyaman bila sakitnya kambuh.
Selama sakit : selama di RS pasien merasa aman karena selalu
ditunggui oleh keluarganya, pasien kurang nyaman dengan keadaannya
saat ini, karena nyeri yang dirasakannya.
6) Pola personal hygiene
Sebelum sakit : pasien mandi 2 x/hari, gosok gigi 2 x/hari, keramas
2 x/minggu, melakukan personal hygiene secara mandiri
Selama sakit : pasien mandi disibin oleh keluarga 1 x/hari, gosok
gigi 2 x/hari, selama di RS belum pernah keramas.
7) Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : pasien istirahat ± 2jam/hari, tidur malam ± 5
jam/hari, tidur siang ± 1 jam/hari.
Selama sakit : pasien istirahat ± 4 jam/hari, tidur malam ± 8
jam/hari, tetapi sering terbangun, tidur siang ± 3 jam/hari.
8) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien beraktivitas secara mandiri.
Selama sakit : pasien beraktivitas dibantu oleh keluarga.
9) Konsep diri
Gambaran diri : pasien tidak merasa malu dengan keadaannya saat ini
Ideal diri : pasien menerima sakitnya saat ini dan akan berusaha
semaksimal mungkin untuk kesembuhannya.
Harga diri : pasien tidak merasa harga dirinya terganggu dengan
keadaannya saat ini
Peran diri : pasien berperan sebagai seorang suami dan ayah dari 3
orang anak
Identitas diri : pasien mengakui sebagai seorang laki-laki
sepenuhnya
b. Psikologis
Pasien cemas dengan keadaanya saat ini, karena sudah lama mondok di
RS, dan pasien selama di rS tidak dapat bekerja
c. Sosial
Pasien mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga
dan masyarakat sekitar baik, interaksi antara anggota keluarga dan
masyarakat sekitar terjalin baik.
d. Spiritual dan kultur
Pasien beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai agama yang
dianutnya, tidak ada budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
e. Pengetahuan
Pasien mengatakan mengetahui sedikit-sedikit
tentang penyakitnya saat ini.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital : TD : 140/80
mmHg N : 95 x/menit
S : 37°C Rr : 20 x/menit
BB sebelum : 63 kg
BB sekarang : 60 kg
d. Kepala : Tidak ada
massa, kulit kepala kotor, rambut pendek, beruban.
e. Mata : Konjungtiva anemis, sklera an ikterik,
fungsi penglihatan baik, simetris kanan kiri
f. Hidung : Simetris,
tidak ada polip, tidak ada gangguan fungsi
g. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak
ada gangguan fungsi pendengaran
h. Mulut : Tidak ada stomatitis, bersih, tidak terpasang NGT
i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
j. Dada
Jantung : I : IC tidak
tampak
P : IC tidak kuat
angkat
P : Batas jantung tidak melebar
A : BJ I = BJ II
Paru
: I : Pengembangan dada kanan = kiri
P : Fremitus raba kanan = kiri
P : Sonor
A : Vesikuler
k. Abdomen : P : Nyeri
bertambah jiak beraktivitas banyak dan berkurang jika berbaring
Q : Ditusuk-tusuk,
R : Perut kanan atas
S : Skala nyeri sedang (5)
T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit
Abdomen I : Tidak ada lesi, ada asites
A : Peristaltik usus 12 x/menit
P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas
P : Pekak kanan atas
l. Ekstremitas
Atas : Terpasang infus pada tangan kanan
Bawah : Tidak mengalami
gangguan pada ekstremitas bawah, tidak oedem
m. Genitourinaria : Bersih,
tidak terpasang DC
n. Kulit : Sawo matang
o. BB sebelum : 63 kg
BB sekarang : 60 kg
6. Pemeriksaan penunjang 22 April 2008
a. Hasil laboratorium tanggal 11 April 2008
-
PemeriksaanHasilNormal
- Hemoglobin
- Eritrosit
- Hematokirt
- Leukosit
- Trombosit
13,0 gr/dl4,62 100 ul38,3 %8,3 103 ul97 103 ul13,5-18,0 gr/dl4,6-6,2 100 ul40-54 %4,5 – 11,0 103 ul150 – 440 103 ulHasil laboratorium tanggal 16 April 2008- Hemoglobine
- Eritrosit
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit
12,5 gr/dl3,8 10° ul31,5 %7,8 103 ul408 103 ul
Hasil laboratorium tanggal 21 April 2008- Hemoglobine
- Eritrosit
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit
11,6 gr/dl3,87 10° ul34,2 %5,1 103 ul529 103 ul
7. Program terapi
a. Parenteral :
1) Ceftazidine 1 gr/12 jam
2) Hexer 500 mg/12 jam
3) Antrain 500 mg/8 jam
4) Neurobion 500 mg/24 jam
5) Infus RL : 20 tpm (2000 cc/hari)
6) Infus albumin 25 % 100 cc
7) Tranfusi PRC 4 kolf
b. Enteral :
1) Diit nasi 1700 k kalori, rendah lemah
2) Noperten 1 x 1 tablet 350 mg (malam)
3) Gemfibrosil 1 x 300 mg
4) Diltiazen 3 x 30 mg
5) Curcuma 3 x 1 tablet
6) Urdofalk 3 x 1 tablet
8. Data fokus
a. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan atas
P : Nyeri bertambah jika beraktivitas banyak dan berkurang jika
berbaring
Q : Ditusuk-tusuk
R : Perut kanan atas
S : Skala nyeri sedang (5)
T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit
2) Pasien mengatakan mual jika habis makan
3) Pasien mengatakan nafsu makan menurun
4) Pasien mengatakan badan terasa lemes
5) Pasien mengatakan bahwa aktivitasnya dibantu oleh keluarga
6) Pasien mengatakan jika telalu lama duduk terasa pusing
b. Data obyektif :
1) Pasien tampak meringis kesakitan
2) TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 95 x/menit, RR : 20 x/menit, S :
37,1°C
3) BB sebelum 63 kg, BB sekarang 60 kg
4) Pem abdomen :
I : Tidak ada lesi, ada asites
A : Peristaltik usus 12 x/menit
P : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atas
P : Pekak perut kanan atas
5) Makan habis ¼ porsi RS ± 75 cc
6) Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas
7) Pasien disibin oleh keluarga
B. Analisa Data
-
NoData FokusEtiologiProblem1.DS : - Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan atasP : Nyeri bertambah jika beraktivitas banyak dan berkurang jika berbaringQ : Ditusuk-tusukR : Perut kanan atasS : Skala nyeri sedang (5)T : Kadang hilang timbul, durasi ± 5 menit
DO: - Pasien tampak meringis kesakitan- TTV : TD : 140/80 mmHg, N : 95 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 37,1°C- Pem abdomen :I : Tidak ada lesi, tidak ada asitesA : Peristaltik usus 12 x/menitP : Terdapat nyeri tekan pada perut kanan atasP : TympaniNyeri akutProses inflamasi2DS : - Pasien mengatakan mual jika habis makan- Pasien mengatakan nafsu makan menurunDO: - BB sebelum 63 kg- BB sekarang 60 kg- Makan habis ¼ porsi RS (x241 75 cc)Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhIntake yang tidak adekuat3.DS : - Pasien mengatakan badan terasa lemas- Pasien mengatakan bawah aktiviasnya dibantu oleh keluarga- Pasien mengatakan jika terlalu lama duduk terasa pusingDO: - Pasien tampak dibantu dalam beraktivitas- Pasien mandi disibin oleh keluargagangguan pemenuhan ADLkelemahan fisik
C. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
- Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungand engan intake yang tidak adekuat.
- Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
D. Intervensi
1. Dx. I. Nyeri
berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Skala nyeri berkurang atau skala nyeri 0
- Pasien tampak rileks
Intervensi :
- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Observasi dan catat tingkat atau skala nyeri
- Lakukan teknik managemen nyeri
- Ajarkan teknik managemen nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program (antrain 500 mg)
2. Dx. II. Resiko tinggi
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
- Nafsu makan bertambah
- BB stabil atau tidak turun
- Mual-muntah hilang
Intervensi :
- Observasi atau timbang BB tiap hari
- Kaji pola makan pasien
- Berikan makan selagi hangat
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit (diit nasi 1700 k kalori, diit rendah lemak)
3. Dx. III. Gangguan
pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Pasien dapat
beraktivitas secara mandiri setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil : Pasien dapat beraktivitas secara
mandiri.
Intervensi :
- Kaji tingkat ketergantungan pasien.
- Bantu pasien dalam beraktivitas
- Anjurkan pasien untuk beraktivitas secara betahap
- Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien
E. Implementasi
No
|
Hari/tgl/jam
|
Dx
|
Implementasi
|
Respon
|
Ttd
|
1.
|
Rabu,
23-04-2008
08.30
|
I, II, III
|
|
KU : Baik
TD : 130/80
mmHg, S : 37°C, RR : 20 x/menit, N : 80 x/menit
|
|
|
08.45
|
I
|
|
Skala nyeri sedang (4)
|
|
|
09.30
|
|
|
Pasien dapat mendemontrasikan
|
|
|
09.45
|
|
|
Pasien mau melakukan
|
|
|
11.00
|
|
|
Obat masuk
|
|
|
09.00
|
II
|
|
Pasien makan habis ½ porsi RS ±
100 cc
|
|
|
|
|
|
Pasien mengatakan masih mual jika
habis makan
|
|
|
12.00
|
|
|
Pasien mau makan habis ¼ porsi
RS ± 75 cc
|
|
|
13.30
|
III
|
|
Pasien
hanya bisa tiduran dan duduk di tempat tidur
Pasien
mengatakan masih lemas
Keluarga mengatakan membantu
aktiviats pasien
|
|
F. Evaluasi
-
Tgl/hari/jamDxEvaluasiTTDRabu24 April 200813.45IS : Pasien mengatakan masih nyeri di perut kanan atas, nyeri hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk, durasi ± 3 menit, skala nyeri sedang (4)O : Pasien tampak gelisahA : Masalah keperawatan nyeri teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan
- Kolaborasi pemberian analgetik (antrain 500 mg)
IIS : Pasien mengatakan belum nafsu makan, dan masih mualO : Pasien makan habis ¼ porsi RS ± 75 ccA : Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan- Sajikan makan selagi hangat
- Berikan obat oral curcuma 3 x 1 tablet
IIIS : Pasien mengatakan masih pusing jika duduk lama, dan nyeri jika banyak bergerakO : Pasien terlihat hanya tiduranA : Masalah gangguan pemenuhan ADL teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan- Libatkan keluarga dalam aktivitas pasien
0 Comments:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)