Sabtu, 20 Oktober 2012
for you dear ♥ 200612 ♥ |
♥200612♥
Moammar Emka
"Demi apa? Demikian aku mencintaimu" ~
“Yang tersisa, mungkin hanya
rindu yang mengulum waras logika. Ada padamu, kunanti sekaligus kubenci“
“Luka rindu ini mulai memanen kesakitan di
setiap incinya”
“Karena kata hanya perantara, tak bisa
seutuhnya. Biarkan rasa yang bicara dari kedalamannya, detik ini. Masih. Rindu
ini, untukmu”.
“Demi apa ? Demikian aku mencintaimu”
“Untuk apa jauh-jauh lagi mencari,
sementara dalam dirimu saja aku sudah menemukan alasan hidup: bahagia
bersamamu”.
“Cinta yang sejati, cinta yang ketika kita
kira sudah pergi, ternyata cuma bersembunyi, menunggu untuk kembali lagi..”
Dear you,
“Cinta memang
sederhana. Tapi aku memilih luar biasa memaknai jatuhnya; jatuh cinta
kepadamu. “Dear you,
“Aku tak ingin merasa paling benar mencintaimu. Aku hanya ingin mencintaimu dengan benar, dan cintamu benar untukku”
“Cinta mewujud dalam berbagai bentuk tak terduga. Tangis yang mencakup bahagia, juga tawa yang mencatut luka”
“Cinta mencakup segala ruang. Dalam terang, ia cemerlang. Dalam gelap, ia merupa cahaya. Dalam diam, ia berkata-kata”
“Cinta ? Tanpa definisi. Yang biasa dan bisa kita lakukan adalah mengekspresikannya. Kasihan cinta kalau harus diartikan ini itu. Cinta menjadi terisolasi dan masuk ke dalam kotak!”
“Cinta mewujud dalam berbagai bentuk tak terduga. Tangis yang mencakup bahagia, juga tawa yang mencatut luka”
“Cinta mencakup segala ruang. Dalam terang, ia cemerlang. Dalam gelap, ia merupa cahaya. Dalam diam, ia berkata-kata”
“Cinta ? Tanpa definisi. Yang biasa dan bisa kita lakukan adalah mengekspresikannya. Kasihan cinta kalau harus diartikan ini itu. Cinta menjadi terisolasi dan masuk ke dalam kotak!”
“Cinta mencakup segala ruang. Dalam terang, ia cemerlang. Dalam gelap, ia merupa cahaya. Dalam diam, ia berkata-kata”
“Cinta ? Tanpa definisi. Yang biasa dan bisa kita lakukan adalah mengekspresikannya. Kasihan cinta kalau harus diartikan ini itu. Cinta menjadi terisolasi dan masuk ke dalam kotak!”
“Cinta tak pernah gagal panen. Karena bahagia dan sedih itulah hasil permanen.”
“Love is blind. Karena cinta tidak butuh mata. Kenapa harus menyesali saat cinta putus. Ambil nilai terindahnya aja. Lupakan sisi pahitnya. Cinta akan menjadi lebih berharga maknanya.”
“Yang kubutuhkan adalah kamu yang utuh; lengkap beserta cinta dan seisinya.”
“Berpikir itu satu langkah ke depan. Mencintai itu seribu langkah ke masa depan.”
“I do not give up, but sorry if I say it’s up!”
“Cinta memiliki
aturannya sendiri. Tak bisa dicerna kecuali dengan mata hati. Ikuti saja ke
mana ia akan membawa serta”
“Cinta mendekat
dan menjauh tanpa aturan. Membutuhkan waktu yang terbilang untuk pertautan dan
perpisahan”
“Cinta
memang tak terduga. Semua serba tiba-tiba . Datang, tiba-tiba, pergi
tiba-tiba,. Lalu datang lagi, pergi lagi. Akankah kamu datang sekali lagi,
tiba-tiba ?”
“Karena
hanya di hatimu aku berhenti mencintai. Pada segalamu, cinta tak kutakar lagi.
Dan, Telah kubaca dari segala gerak hatimu. Kuberkaca tak jera; agar menjadi
kita, suatu ketika. Dan, Aku mencintaimu di luar pemahaman. Selesai! Dan, aku
bahagia. Cukup”
“Sungguh berarti bisa mencintaimu; karena kamulah arti dari
setiap bahagiaku yang terendap dan dari setiap sedihku yang terisak.”
“Mungkin,
rinduku kecil di matamu, tapi tolong jangan kucilkan dari hatimu.”
“Ada
banyak cara mencintaimu , dan aku memilih satu cara saja; membuatmu lebih
berbahagia.”
“Benar, aku mencintaimu. Dan, aku tak
berharap apapun. Ini bukan pilihan tapi kenyataan”
“Aku telah memilih jalan yang benar:
MENCINTAIMU. Dan, aku [akan] terus melanjutkannya, sesulit apapun itu”
“Kemarilah! Aku pinjamkan air mataku
sebagai hadiah abadi untuk kebohonganmu. Pergilah!” #Goodbye”
“Aku mencintaimu dengan sadar, dan akan
terus mencintaimu dengan sabar.”
“Telah kujaminkan rasa percaya kepada
cinta, dan kamu. #you #By”
“Untuk tangismu yang meluap tanpa kendali,
tumpahkan saja di setiap bahagia yang kumiliki.”
“Jika
waktu tak memihakmu, aku yang akan memelukmu dari satu masa yang tak akan
hilang: segenap ingatanku, tentangmu.”
“Menjadilah terang cahaya, biar tak perlu
lagi kubumbui pelukan dengan tanya berkepanjangan.”
“Am I
late? It did look better. We end it but not to force us to end it.”
“Segala
dalil untuk membuatku kembali menghunus damba, kuingkari dengan membiarkan
kecewa dan laraku mengendap dalam emosi yang membara. Membunuh rindu untuk
bangkit lagi; menenggelamkan nurani pada altar tak berpenghuni.”
“Rasakan detaknya! Kan kamu dapati nadiku
menyisir halaman hatimu dalam kepatuhan janji.”
“Bisakah kamu tinggal selamanya?”
edited: me
Label: buku, gallery photos, ocin oktin, Sinopsis
0 Comments:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)